Sikap Orang Tua yang Bisa Merusak Anak
Pola asuh anak yang benar bisa membentuk masa depan yang cerah. Namun, jika salah, malah bisa merusak masa depannya. Hindari jadi orang tua tipe ini!
Klikdokter.com, Jakarta Pola asuh yang benar dapat berdampak baik pada kebahagiaan dan kesuksesan anak nantinya. Namun, jika sampai salah, orang tua malah bisa menyakiti –bahkan merusak masa depannya. Apa saja tipe orang tua yang bisa merusak masa depan anak?
Setiap orang tua sejatinya ingin anaknya tumbuh jadi pribadi yang kuat, percaya diri, dan berkarakter baik. Itu semua dipercaya menjadi modal dasar anak untuk menghadapi hidup kelak ia dewasa.
Namun, tak ada yang bilang bahwa membesarkan anak adalah sesuatu yang mudah. Setiap orang tua punya cara mendidik dan mengasuh anak masing-masing.
Orang tua pun juga manusia yang melakukan kesalahan, yang disadari atau tidak dapat merusak pola pikir anak di masa mendatang.
Jangan Jadi Tipe Orang Tua yang Bisa Merusak Masa Depan Anak
Jangan sampai terlambat, mari kenali berbagai kesalahan orang tua dalam mendidik anak dan segera memperbaikinya.
Artikel Lainnya: Ciri Orang Tua Permisif
1. Bertengkar di Depan Anak
Konflik dengan pasangan sering kali tak terhindarkan dan sulit menyembunyikannya dari anak. Mungkin karena emosi yang meluap, pertengkaran bisa terjadi di depan anak.
Studi ilmiah menunjukkan bahwa anak yang tumbuh di lingkungan yang sering terjadi konflik, jadi cenderung lebih sulit untuk beradaptasi, sulit bekerja sama dengan orang lain, dan rentan mengalami depresi.
Bukan hanya masalah emosi, kesehatan fisik anak pun dapat terganggu dan menyebabkan keluhan berupa badan lemas yang frekuensinya sering dan gampang sakit.
2. Terus-terusan Mengeluh
Mengeluh memang wajar. Namun, kalau terus-menerus mengeluh apalagi terhadap perkara kecil, itu bisa berdampak buruk pada anak.
Artikel Lainnya: Pengaruh Teknologi pada Pola Asuh Anak, Banyak Positifnya?
Kebiasaan menggerutu dan mengucapkan kalimat negatif dapat menyebabkan anak mengalami stres dan kecemasan.
Anak pun akan cenderung takut untuk mengeksplorasi diri karena khawatir orang tua akan marah atau mengeluhkan tingkah lakunya. Akibatnya, anak akan merasa takut untuk mencoba hal-hal baru.
3. Membicarakan Hal Buruk tentang Orang Lain
Sebisa mungkin, hindari bergunjing atau membicarakan kejelekan orang lain di hadapan anak. Anak mungkin tampak tak mengerti, tapi mereka tetap memperhatikan Anda.
Saat Anda berbicara negatif tentang orang lain, misalnya: “tetangga depan rumah itu orangnya galak!”, “temanmu itu badannya bau banget”, dan sebagainya. Omongan seperti itu bisa menciptakan persepsi negatif dalam pikiran anak.
Artikel Lainnya: Ramai Diterapkan Ortu Milennial, Cek Metode Organic Parenting, Yuk!
4. Tidak Jujur
Sering berbohong kepada anak akan membuat anak kehilangan rasa percaya terhadap orang tuanya sendiri.
Berdasarkan penelitian dari Universitas Princeton, Amerika Serikat, setidaknya 40 persen anak-anak takut dan kehilangan rasa percaya akan orang tuanya.
Penyebabnya, misalnya orang tua sering mengucapkan, ”jangan menangis, ya, nanti digigit harimau”, ”Ibu pergi 5 menit ya, kamu main dulu sama Mbak” (padahal perginya berjam-jam), ”jangan bandel, nanti ditangkap polisi, lo!”, dan sebagainya.
Kesannya sepele saat kebohongan itu keluar dari mulut. Namun, bila tak jujur kepada si Kecil, lama-lama itu memberikan efek buruk di kemudian hari.
Artikel Lainnya: Anak Tantrum, Benarkah Akibat Salah Pola Asuh?
5. Ekspektasi Berlebihan pada Anak
Tipe lain orang tua yang bisa merusak masa depan anak adalah yang memiliki ekspektasi terlalu tinggi pada anak. Misalnya orang tua ingin anak selalu menjadi juara kelas, masuk perguruan tinggi ternama, meraih beasiswa, dan sebagainya.
Namun, kebanyakan yang terjadi adalah, ketika pencapaian anak sesuai dengan ekspektasi orang tua, orang tua justru tidak memberikan apresiasi karena menganggap bahwa itu memang sudah seharusnya tugas anak.
Ekspektasi tinggi orang tua yang tidak dibarengi timbal balik berupa motivasi maupun apresiasi bisa membuat anak kehilangan semangat berjuang (demotivasi), karena menganggap jerih payahnya tidak dihargai.
6. Memuji secara Berlebihan
Memberi pujian atas keberhasilan atau prestasi merupakan tindakan baik sebagai bentuk penghargaan. Namun, memberikan pujian yang berlebihan bisa menjadi kesalahan dalam mendidik anak.
Artikel Lainnya: 5 Pola Asuh Orang Tua yang Kurang Tepat Saat Mendisiplinkan Anak
Dikhawatirkan, anak hanya akan fokus pada tujuan untuk mendapatkan pujian, sehingga ia akan melakukan berbagai cara untuk memastikan dirinya berhasil.
Selain itu, orang tua yang memuji anak secara berlebihan juga membuatnya percaya diri dan yakin bahwa dirinya sesuai dengan pujian yang diterimanya. Misalnya, “kamu anak yang paling cantik”, ”tidak ada yang lebih pintar dari kamu”, dan lain-lain.
Percaya diri memang baik. Namun, jika anak terbiasa dengan sanjungan dan suatu hari ia mendapatkan kritikan, yang didapat malah perasaan kecewa.
7. Menilai Kemampuan Anak Berdasarkan Nilai
Nilai pelajaran sering menjadi patokan tingkat kecerdasan anak. Padahal, kecerdasan tak hanya dinilai dari angka saja.
Artikel Lainnya: Membaca Buku bersama Anak bisa Cegah Pola Asuh Keras
Kecerdasan anak bisa dilihat dari berbagai macam aspek, seperti linguistik, logika, visual-spasial, kinestetik, musik, interpersonal, dan intrapersonal.
Menjadikan nilai sebagai patokan kecerdasan anak bukanlah pola asuh anak yang bijak. Lebih baik bantu anak dalam proses belajar tanpa membuatnya merasa tertekan.
8. Melindungi Anak dari Kesalahan
Siapa, sih, orang tua yang tak mau anaknya hidup bahagia dan aman? Namun, bukan berarti ini jadi alasan orang tua untuk terus melindungi anaknya dari kegagalan maupun kesalahan.
Kegagalan dan kesalahan yang dialami atau dilakukan bisa jadi pelajaran bagi anak untuk bangkit, kembali berjuang, dan memperbaiki diri.
Artikel Lainnya: Stimulasi dan Pola Asuh untuk Membangun Anak Generasi Platinum
Jika orang tua terus-menerus ikut campur atau menangani masalah yang dihadapi anak, kebiasaan tersebut akan terbawa hingga ia dewasa nanti. Akibatnya, anak tak mampu mandiri, menghadapi tekanan, dan menyelesaikan masalah.
9. Membanding-bandingkan Anak dengan Orang Lain
Sederhananya, tak ada yang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain, tak terkecuali anak. Sayangnya, tak jarang orang tua membandingkan hal-hal positif dari orang lain kepada anaknya, dengan harapan anak juga memiliki nilai positif tersebut.
Tapi yang terjadi malah bisa jadi sebaliknya, banyak anak yang merasa sedih, kehilangan kepercayaan diri, bahkan merasa tidak berharga karena terlalu sering dibandingkan.
Ingat, tiap anak memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Sebaiknya ambil dan optimalkan karakter positif anak, lalu minimalkan karakter negatifnya.
Artikel Lainnya: Jenis-Jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada Karakter Anak
Emosi Orang Tua Berdampak pada Anak
Sebagai orang terdekat anak, orang tua berperan besar dalam tumbuh kembangnya. Apapun yang orang tua lakukan bisa memengaruhi anak, termasuk bagaimana cara orang tua mengelola emosi.
Anak akan belajar merespons suatu kondisi dan mengendalikan diri, yang paling banyak dipelajarinya dari orang tuanya. Hal ini telah terbukti dalam beberapa penelitian.
Disebutkan bahwa orang tua yang lebih banyak menampilkan emosi negatif dan mengekspresikannya dengan cara negatif –seperti marah, menggunakan nada suara tinggi, mengeluh, atau murung, itu bisa membuat anak melakukan tindakan serupa.
Tak berhenti di situ, anak yang dibesarkan oleh ibu yang depresi dan pemurung juga akan tumbuh menjadi anak yang pemurung, sulit bergaul, dan sering menjadi korban perundungan alias bullying.
Sementara itu, bila orang tua mampu mengendalikan emosi dan memperbanyak ekspresi positif, perkembangan sosial anak akan menjadi lebih baik.
Sebagai contoh, saat Anda beda pendapat dengan pasangan dan berpotensi menjadi konflik, hadapi dengan kepala dingin. Diskusikan masalah tersebut dan temukan jalan keluar bersama-sama.
0 Response to "Sikap Orang Tua yang Bisa Merusak Anak"
Posting Komentar